Rabu, 24 Juni 2015

Resensi buku "Ketika Dhira jatuh cinta"


Pertama kali baca judul bukunya sudah bisa dipastikan buku ini bercerita tentang cinta. Mungkin cerita sepasang anak manusia yang sedang jatuh cinta. Tapi ternyata dugaan ku salah teman-teman..

Buku ini bercerita tentang seseorang yang ingin move on dari cintanya pada mahluk. Dengan gaya bahasa gaul "lo-gue" buku ini menjadi ringan dan asyik untuk dibaca. Membacanya seperti sedang makan menu baru di sebuah restoran.

Ketika membaca di awal bab tidak ada prolog/pengantar seperti novel cinta lainnya, langsung ke inti tentang dhira yang sedang jatuh cinta dan ingin segera move on dengan traveling ke berbagai negara dengan mengagumi keindahan ciptaanNya di belahan bumi Eropa.

Pembaca dibawa mengikuti setiap perjalanan Dhira dan Rara (teman perjalanan dhira) dari Hannover sampai Cordoba. Penggambaran suasana yang detail selama perjalanan dari negara Jerman, Belanda, Belgia, Luksemburg, Swiss, Bern, Jenewa, Valance ville, Barcelona, dan Cordoba membuat pembaca berimajinasi sendiri membayangakan tempat-tempaTaru di sana.

Akan tetapi, gambar yang disajikan dibuku kurang jelas karena dicetak warna biru dan tidak ada keterangan pada gambar, itu bangunan apa dan di mana. Jadi pembaca menebak sendiri, mungkin ini bangunan yang dimaksud.

Karena semua dari sudut pandang Dhira, apa yang Dhira alami dan rasakan seolah-olah pembaca juga merasakannya. Ketika dia kesal, marah, takut, atau bete, emosi pembaca ikut terbawa olehnya. Sampai ketika mereka naik kereta berlambang "B" yang membuat Dhira bete, aku berkata dalam hati. "Sabar ya sabar.. Kereta di Indonesia juga gitu koq, sama jeleknya".

Sampai pada bab "Siapa pangeran berkuda hitam itu?" penulis menyampaikan pemikiran dan prinsip pribadinya. Aku pun setuju dengan semua pendapat dan pertimbangan dalam memilih sang pangeran. Dulu aku juga sepemikiran dengan penulis, ok aku ga mau nikah dengan orang asing yang tidak aku kenal sebelumnya, aku ga mau memilih kucing dalam karung.

Setiap orang menginginkan pasangan yang tepat, akad yang terucap sekali dan untuk selamanya. Aku tidak bisa membayangkan ada orang asing yang tiba-tiba selalu ada di sisi ku ke manapun aku pergi.

Tapi itu dulu kawan.. Seiring berjalannya waktu aku sadar. Allah tidak tidur, Allah Maha Mendengar. Ia tau apa yang tidak kita ketahui, bahkan selintas niat kecil kita yang tersembunyi saja tau, apalagi keinginan besar kita yang mendambakan sebuah keluarga Islami.

Semua kekhawatiran itu aku dihapus, ganti dengan keyakinan. Yakin, yakin, dan yakin pada Allah 1000% pada pilihanNya. Minta diberikan pangeran yang baik berdasarkan pandanganNya, bukan berdasarkan pandangan manusia.

But over all aku setuju dengan pandangan penulis yang ga mau pacaran. Buku ini recommended banget buat temen-temen yang suka traveling dengan keseruannya berpetualang dan menemukan hal-hal baru. Juga untuk ade-ade yang menginjak dewasa dengan percaya diri bisa berkata TIDAK pada pacaran karena walaupun sedang galau tingkat akut penulis selalu bisa mengatasinya dengan istigfar, bercermin, dan selalu menyertakan Allah pada setiap kesempatan.

Selamat menyantap buku ini, Farah saja sudah menyantapnya, hasilnya.. buku jadi basah karena air liurnya hehe..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar