Minggu, 24 Januari 2016

Bahan katun jepang

Guys..ternyata bahan katun jepang bukan berasal dari jepang loh.. Mungkin karena design motifnya yang dari jepang hehe..

Pertama kali kenalan sama bahan yang satu ini, aku udah jatuh cinta..karena motifnya lucu-lucu banget, cantik, dan kalem. Sifat bahannya pun menyerap keringat dan ga bikin panas si pemakai. Pokonya suka deh sama bahan ini.

Kalau nanti mau beli bahan katun jepang, ada 2 ukuran. Pertama lebar 1,5m yang kedua lebar 1,15cm harganya pun beda-beda. Di toko yang aku beli, harga permeter dengan lebar 1,5m Rp 29.000 yang lebar 1,15cm Rp 23.000 tinggal pilih deh motif mana yang kamu suka.


Jalan-jalan ke tanah abang

Saatnya mencari bahan..

Aku dan suami memutuskan naik krl ke tanah abang, selain karena bisa bersantai, juga tidak menghabiskan tenaga, dan biaya. Bolak balik cuma 4rb, murah kan :)

Dari stasiun Jatinegara kami menunggu krl yang transit di manggarai, kemudian menyambung krl lainnya. Kami jalan dari stasiun tanah abang ke blok A, tempat yang kami tuju. Dan sepanjang jalan dari stasiun ke blok A, ada baaaanyak para penjual di pinggir jalan, baju-bajunya pun bagus dan murah, aku sempat tergoda tapi harus luruskan niat aku ke sini untuk mencari bahan untuk dijahit, untuk diproduksi dan dipasarkan sendiri.

Perjalanan dari stasiun ke blok A lumayan jauh sekitar 10-15 menit, mungkin bisa lebih cepat dari itu tapi kondisinya penuh, ramai, banyak orang, apalagi hari itu kami datang disiang hari. Sesampainya di blok A yang adem berAC dan ada eskalatornya (Alhamdulillah..Terbantu banget buat bumil kya aku). Kami bolak balik mencari toko yang direkomendasikan oleh seorang teman, tidak ketemu akhirnya bertanya pada security, yang ditanya sama tidak taunya dengan yang bertanya.

Sempat berfikir, apa beli bahan di toko yang mana saja..toh sama saja. Tapi kami terus menyisiri lantai B2 blok A. Ternyata benar kata teman, bila ingin ke tanah abang jangan hari ahad siang, biasanya banyak toko yang tutup, baiknya hari biasa aja. Aku berharap semoga toko yang kucari masih buka. Dan alhamdulillah ketemu..toko super katun.

Mencari tempat konveksi

Mencari tempat konveksi itu tidak mudah.. apalagi dengan harga yang pas, kita pasti menginginkan ongkos produksi yang sedikit agar harga jual baju juga tidak terlalu mahal dan mudah terjangkau untuk semua kalangan.

Aku punya teman semasa kuliah, dia punya tempat konveksi di Jogja, harga produksi per baju 25rb tapi ongkir dari Jakarta-Jogja dan Jogja-Jakarta sekitar 18rb perkilo.. Oh tidaaaak.. Berat diongkir..

Ada pilihan lain di konveksi olshop, dimana aku menjadi salah satu resellernya. Di daerah Depok, masih bisa terjangkau dari rumah dan tidak perlu biaya ongkos kirim. Tapi harganya terlalu mahal, jahit per baju dikenakan biaya 50rb. Aku dan suami berfikir ulang.

Suami menyarankan bila mencoba konveksi di Pekalongan, di kampung halaman suami banyak tempat konveksi batik, pasti harganya lebih murah. Tapi lagi-lagi terkendala biaya ongkos kirim, kalaupun mau sekalian mudik tetap saja mahal, tiket kereta pulang pergi, juga lamanya proses produksi, lebih menambah waktu dan biaya.

Akhirnya ada teman suami yang menyarankan untuk mencoba ke daerah PIK. Perkampungan Industri Kecil yang berada di daerah Cakung, tidak asing ditelinga, aku pun tau lokasinya, tapi belum pernah menjelajah PIK, hanya sekedar lewat. Saat weekend aku dan suami pergi ke PIK. Gapuranya besar tapi begitu masuk ke dalam ternyata sepi, kanan kiri banyak toko yang menjual barang-barang seperti baju anak, dewasa, tas, koper, kaos, baju olah raga, dan lain-lain. Tapi sepi pengunjung,tidak seramai pasar tradisional atau pun mall, padahal saat aku ke sana sudah agak siang. Di sebelah kanan berdiri mall besar tapi sama sepinya dengan toko-toko lain.

Kami masuk ke kawasan itu, lurus terus berharap menemukan perkampungan konveksi. Tapi setelah melewati kali jembatan, malah lebih sepi. Akhirnya putar balik, kami celingukan kanan kiri mencari-cari rumah konveksi. Tidak ada, sedikit putus asa, berharap Allah memudahkan jalan kami, tapi kami terus mencari. Kali ini kami menghindari jalan utama dan masuk ke gang-gang kecil.

Alhamdulillah ketemu, ada beberapa rumah/toko yang pintunya terbuka dan terlihat banyak mesin jahit di dalamnya. Kami turun dan bertanya kepada salah seorang penjahit untuk pemesanan jahitan baju muslim, tapi ternyata tempat itu khusus pembuatan baju koko. Ia merekomendasikan penjahit lain yang biasa menjahit baju muslim, kami diberi kontaknya dan tempat jahitnya.

Kami ke lokasi tempat yang direkomendasikan, kemudian bertemu dengan penjahitnya, bertanya-tanya terkait pengerjaan produksi dan harga, bertukar nomor hp, dan pamit pulang. Alhamdulillah kami cocok dengan harganya, insyAllah akan memberikan orderan di tempat itu.


Ide bisnis

Ide ini tercetus saja di kepala, ketika aku menyampaikan ide ini suami menyetujuinya asalkan harus detail semua planing. Ide apa itu?

Aku mencoba bisnis baru dengan memproduksi sendiri gamis dan baju. Mungkin berawal dari kejenuhan jadi reseller saja selama setahun belakangan. Laba yang didapat hanya 10% dari harga jual. Kemudian share dengan sesama reseller yang sudah melangkah jauh ke depan dengan produksi baju sendiri. Aku pun tertarik dan ingin mencobanya.

Karena suami orang manajemen, Ia mensyaratkan semua pencatatan harus rapih, planing difikirkan dengan matang sampai proses pemasarannya. Awalnya agak ciut juga, tp percaya saja dua kepala akan jauh lebih baik daripada satu kepala. Semua perencanaan ak diskusikan dengan suami, seemuanya tidak ada yang ditutupi dan disembunyikan. Aku ingin suami juga terlibat 100% dalam bisnis ini. Bismillah dengan niat yang baik, semoga Allah meridhai :)